Rabu, 20 Januari 2021

RAHASIA DZIKRULLAH

 1x DZIKIR SIRR SEBANDING DENGAN 35 JUTA DZIKIR LISAN

Jika Asma Allah diucapkan sekali saja dengan lisan, itu disebut dzikir (mengingat) lisan, namun jika Nama Allah diingat dengan hati, maka itu akan sebanding dengan dengan tiga puluh lima juta ucapan-ucapan (dzikir) lisan. Itulah dzikir hati atau dzikir khafi.

Ada 35 juta pembuluh darah dalam tubuh, dan semua terhubung ke jantung. Jika Nama Allah diucapkan bahkan sekali saja (dengan hati) maka semua yang dialiri mengucapkan juga.

Rasulullah saw bersabda, “Wahai Abu Dzarr ! Berzikirlah kepada Allah dengan zikir khamilan !”, Abu Dzarr bertanya : “Apa itu khamilan ?”
Sabda Rasul : “Khafi (dalam hati)”
.............. (Mizan al-Hikmah 3 : 435)

TAHAP pertama dzikir adalah dzikir lisan. Kemudian dzikir qalbu yang cenderung diupayakan dan dipaksakan. Selanjutnya, dzikir qalbu yang berlangsung secara lugas, tanpa perlu dipaksakan. Serta yang terakhir adalah ketika Allah sudah berkuasa di dalam qalbu disertai sirnanya dzikir itu sendiri. Inilah rahasia dari sabda Nabi saw : ” Siapa ingin bersenang – senang di taman surga, perbanyaklah mengingat Allah”

TANDA bahwa sebuah dzikir sampai pada sirr (nurani yang terdalam yang menjadi tempat cahaya penyaksian) adalah ketika pelaku dzikir dan objek dzikirnya lenyap tersembunyi. Dzikir Sirr terwujud ketika seseorang telah terliputi dan tenggelam di dalamnya. Tandanya, apabila engkau meninggalkan dzikir tersebut, ia takkan meninggalkanmu.

Dzikir tersebut terbang masuk ke dalam dirimu untuk menyadarkanmu dari kondisi tidak sadar kepada kondisi hudhur (hadirnya qalbu). Salah satu tandanya, dzikir itu akan menarik kepalamu dan seluruh organ tubuhmu sehingga seolah–olah tertarik oleh rantai. Indikasinya, dzikir tersebut tak pernah padam dan cahayanya tak pernah redup.

Namun, engkau menyaksikan cahayanya selalu naik turun, sementara api yang ada di sekitarmu senantiasa bersih menyala. Dzikir yang masuk ke dalam sirr terwujud dalam bentuk diamnya si pelaku dzikir seolah–olah lisannya tertusuk jarum. Atau, semua wajahnya adalah lisan yang sedang berdzikir dengan cahaya yang mengalir darinya.

KETAHUILAH, setiap dzikir yang disadari oleh qalbumu didengar oleh para malaikat penjaga. Sebab, perasaan mereka beserta perasaanmu. Di dalamnya ada sirr sampai saat dzikirmu sudah ghaib dari perasaanmu karena engkau sudah sirna bersama Tuhan, dzikirmu juga ghaib dari perasaan mereka.

Kesimpulannya, berdzikir dengan ungkapan kata–kata tanpa rasa hudhur (kehadiran hati) disebut dzikir lisan, berdzikir dengan merasakan kehadiran qalbu bersama Allah disebut dzikir qalbu, sementara berdzikir tanpa menyadari kehadiran segala sesuatu selain Allah disebut Dzikir Sirr.

Allah SWT berfirman: “Dan berdzikirlah kepada Tuhanmu dalam hatimu (nafsika) dengan merendahkan dirimu dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara di waktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang yang lalai” (QS 7 : 205).

REZEKI lahiriah terwujud dengan gerakan badan, rezeki batiniah terwujud dengan gerakan qalbu, rezeki sirr terwujud dengan diam, sementara rezeki akal terwujud dengan fana dari diam sehingga seorang hamba tinggal dengan tenang untuk Allah dan bersama Allah.

Nutrisi dan makanan bukanlah konsumsi rohani, melainkan komsumsi badan. Adapun yang menjadi konsumsi rohani dan qalbu adalah mengingat Allah Dzat Yang Maha Mengetahui segala yang gaib.

Allah SWT berfirman, “Orang–orang beriman dan qalbu mereka tenteram dengan mengingat (dzikir kepada) Allah.”

Semua makhluk yang mendengarmu sebenarnya juga ikut berdzikir bersamamu. Sebab, engkau berdzikir dengan lisanmu, lalu dengan qalbumu, kemudian dengan nafs–mu , kemudian dengan rohmu, selanjutnya dengan akalmu, dan setelah itu dengan sirr-mu.

Bila engkau berdzikir dengan lisan, pada saat yang sama semua benda mati akan berdzikir bersamamu. Bila engkau berdzikir dengan qalbu, pada saat yang sama alam beserta isinya ikut berdzikir bersama qalbumu. Bila engkau berdzikir dengan nafs–mu, pada saat yang sama seluruh langit beserta isinya juga turut berdzikir bersamamu.

Bila engkau berdzikir dengan rohmu, pada saat yang sama singgasana Allah (‘Arsy) beserta seluruh isinya ikut berdzikir bersamamu. Bila engkau berdzikir dengan akalmu, para malaikat pembawa Arsy dan roh orang–orang yang memiliki kedekatan dengan Allah juga ikut berdzikir bersamamu. Bila engkau berdzikir dengan sirrmu, Arsy beserta seluruh isinya turut berdzikir hingga dzikir tersebut bersambung dengan zat–Nya.

Imam al-Baqir dan Imam ash-Shadiq as berkata : “Para malaikat tidak mencatat amal shalih seseorang kecuali apa-apa yang didengarnya, maka ketika Allah berfirman : “Berdzikirlah kepada Tuhanmu dalam hatimu (nafsika)”, tidak ada seorangpun yang tahu seberapa besar pahala zikir di dalam hati dari seorang hamba-Nya kecuali Allah Ta’ala sendiri” 58]

DI DALAM riwayat lainnya disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Dzikir diam (khafi) 70 kali lebih utama daripada dzikir yang terdengar oleh para malaikat pencatat amal. “ (Al-Hadits)

Bila sang hamba mampu melanggengkan Dzikir Khafi serta meyakini bahwa semua Alam Lahir dan Alam Batin merupakan pengejewantahan dari nama-nama-Nya maka ia akan merasakan kehadiran-Nya di semua tempat dan merasakan pengawasan-Nya dan jutaan nikmat-nikmat-Nya.

Perasaan akan kehadiran-Nya ini akan mencegah sang hamba dari berbuat dosa dan maksiat. Jika di hadapan anak yang sudah akil baligh saja manusia malu untuk berbuat dosa dan membuka auratnya, maka bagaimana ia tidak malu untuk membuka auratnya dihadapan Sang Khaliq ?

Mengapa kita tidak merasa sungkan dan malu berbuat hal-hal yang tidak layak di hadapan Sang Khaliq ? Itu karena keyakinan kita atas kehadiran-Nya di setiap eksistensi tidak sebagaimana keyakinan kita ketika kita melihat kehadiran sang anak yang akil baligh tersebut.

Apabila kita ingin mencapai keyakinan seperti ini kita mesti mempersiapkan latihan-latihan untuk melaksanakan Dzikir Khafi sampai pada suatu tahapan dimana hati kita berdzikir secara otomatis seperti gerak detak jantung dan tarikan-tarikan nafas kita (yang tidak kita kendalikan)

Imam Ali Zainal ‘Abidin as di dalam do’anya :
“Ilahi, Ilhamkanlah kepada kami
Dzikir kepada-Mu di kesendirian maupun di keramaian,di malam hari maupun di siang hari, secara terang-terangan, maupun secara rahasia (sembunyi), di saat gembira maupun di saat kesusahan, jadikanlah hati kami menjadi senang dengan berdzikir al-khafi “ (Bihar al-Anwar 94 : 151)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar